Bangun Universitas hingga Sekolah di Berbagai Negara, Muhammadiyah Siap Mendunia
Dengan cabang istimewanya yang tersebar di 28 negara, kini Muhammadiyah telah memiliki sejumlah amal usaha pendidikan di luar negeri. Diantaranya, sekolah TK di Mesir dan Malaysia, Sekolah Dasar (SD) di Australia yang bernama Muhammadiyah Australia College, serta perguruan tinggi di Malaysia bernama Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM). Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Profesor Azyumardi Azra menganggap Muhammadiyah mampu menjadi satu gerakan transnasional baru. Dalam arti positif, Muhammadiyah sebagai gerakan transnasional dianggap mampu membawa kehidupan dunia Islam yang lebih baik dengan gagasan-gagasan berkemajuan, wasathiyah dan Islam sebagai dinul hadharah atau agama peradaban.
Sebagai wasilah, pembangunan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) bidang pendidikan di luar negeri menurut Azyumardi sangat potensial untuk memuluskan gagasan internasionalisasi Muhammadiyah. Tak cukup dengan pembangunan AUM, Azyumardi malah berharap Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah di luar negeri membolehkan bagi warga pribumi setempat untuk ikut menjadi anggota resmi Muhammadiyah.
“Kunci Persyarikatan di luar negeri mengembangkan AUM di bidang pendidikan, kuncinya adalah inklusivitas. Jadi inklusif dan bersikuuh adaptif terhadap realitas kebutuhan masyarakat lokal. Jadi saya menyarankan agar tidak hanya PCIM-nya yang nambah, tapi PCIM-nya juga merangkul warga lokal, kalau bisa mendorong warga lokal ikut dalam kepemimpinan (PCIM),” harap Azyumardi.
Muhammadiyah dengan manhaj wasathiyah yang telah terbukti mampu bekerjasama dengan pemerintah dan membentuk masyarakat madani, dianggap Azyumardi sudah selayaknya bersaing dengan organisasi trans-nasional seperti Ikhwanul Muslimin maupun Jama’ah Tabligh.
Metode dua organisasi itu yang membolehkan warga lokal mengelola cabang organisasi patut ditiru Muhammadiyah untuk menghadirkan penyebaran wajah Islam wasathiyah sesuai dengan realitas muslim lokal.
“Saya kira dinamika masyarakat di tingkat global membutuhkan apa yang dibawa oleh Muhammadiyah. Dengan peradaban yang tinggi di bidang teknologi, pengetahuan dan Keislaman, saya kira membutuhkan Muhammadiyah yang berkemajuan atau Islam yang berkemajuan,” ujarnya. “Oleh karena sudah waktunya Muhammad mengonsolidasikan amal usahanya tidak hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri, juga menyebarkan Muhammadiyah di mancanegara,” tegasnya.
Sementara itu Mantan CEO Jawa Pos, Dahlan Iskan sampaikan tiga tantangan agama di masa depan. Diantaranya semakin menurunnya kepercayaan umat mansuia kepada agama karena digantikan oleh kecangihan ilmu pengetahuan, namun demikian, ia percaya Muhammadiyah mampu menjawab tantangan itu.
Mengutip penelitian, Dahlan Iskan meyebut, di Barat saat ini semakin banyak orang yang meningalkan agama karena terlalu percaya kepada ilmu pengetahuan. Sehingga tantangan masa depan untuk agama adalah bagaimana agama bisa seiring dengan ilmu pengetahuan.
Kedua, selain tantangan ilmu pengetahuan, tantangan agama dan organisasi keagamaan adalah menciptakan kedamaian hidup bagi umat manusia. Menurut Dahlan Iskan, peran organisasi keagamaan yang bertujuan menyejahterakan manusia dan menjauhkan diri dari masyarakat kemiskinan sudah tidak relevan lagi. Karena tujuan hidup orang kedepannya adalah hidup tentram, karena kedepannya ekonomi akan menjadi semakin baik. “Sehingga bukan lagi mengatasi orang miskin, bagaimana mengatasi orang yang terbelakang. Tapi kelak bagaimana menjamin hidup ini bisa tentram,” kata Dahlan.
Jadi kehidupan yang didambakan dan tujuan hidup umat manusia kedepannya adalah tentram, tenang, dan damai. Meski demikian, sebuah agama tetap harus memiliki tujuan awal seperti memakmurkan umat secara fisik dan spiritual. Tetapi agama apapun yang tidak mendukung kedamaian akan tersisihkan dari kehdiupan manusia.
Bahkan di beberapa agama, saat ini telah meniadakan ritual dan pembangunan rumah ibadah. Mereka beralasan, jika ada ritual akan menimbulkan gangguan. Dan mereka mengira pembangunan rumah ibadah akan menimbulkan konflik antara rumah ibadah dan agama.
Tantang semakin otonomnya orang atau ketergantungan orang kepada siapapun, baik itu kepada organisasi dan pimpinan. Kedepan, ketergantungan orang kepada orang lain akan semkin kecil, dan kecil, kemudian menghilang. “Organisasi yang bisa menyesuaikan diri dengan masa depan yang lebih otonom, tentu saja tidak lagi bersifat sentralistik. Maka ada kemungkinan agar organisasi lebih fleksibel,” ungkapnya. MATAN