Muhammadiyah Ngopi Bareng Anak Punk dan Homoseksual
Beberapa anak jalanan, khususnya di negara berkembang, sering ditelantarkan oleh orang tua. Anak yang kabur dari rumah untuk mencari jati diri (Punk), dan anak-anak yang mencari nafkah di jalanan (menggelandang). Selain itu, beberapa anak jalanan juga berasal dari keluarga dengan orang tua tunggal. Anak jalanan di wilayah Purwosari, Kabupaten Pasuruan berasal dari kecamatan lain yang masih wilayah Kabupaten Pasuruan.
Mereka menjadi anak jalanan karena beberapa faktor, di antaranya ekonomi, tidak mempunyai keahlian sehingga menjadi pengamen jalanan. Ada juga memberikan jasa membersihkan kaca mobil. Ada pula anak jalanan yang jualan stiker sepak bola Arema. Tak hanya anak jalanan, di pertigaan Purwosari juga ada badut, manusia silver dan pedagang asongan. Banyaknya komunitas jalanan ini, kadang mengganggu ketenteraman warga sekitar dan pengendara, kadang juga terjadi konflik karena anak jalanan menjajakan dagangannya cenderung memaksa.
Berdakwah tidak harus di balik mimbar, barangkali ini adalah kalimat yang tepat untuk kiprah dakwah Persyarikatan di Kab, Pasuruan. Kelompok rentan ini kemudian menjadi tanggung jawab pencerahan dan pemberdayaan dari LDK (Lembaga Dakwah Khusus) PDM Kab, Pasuruan. Admiral Dicky Fahrurriza, Ketua LDK langsung memimpin terjun menyelamatkan masa depan mereka.
Pemuda kelahiran Malang 14 Juli 1989 ini, kerap kali menjumpai kelompok gay dari pelanggan barbershop yang dia miliki, di Jalan Raya Pertigaan Purwosari, Yunior II Kabupaten Pasuruan. “Saya kerap menjumpai anak jalanan dan punk yang banyak di sekitaran rumah,” katanya.
Di rumah yang menjadi lintasan jalan provinsi yang padat kendaraan ini banyak anak-anak punk dan anjal sering ngamen di sana ketika traffic light mulai menyala merah. Tidak hanya itu, pemuda yang memiliki usaha pembuatan kaos ini pun juga mengenal para homoseksual bermula dari komunitas duta wisata yang ternyata 60 persen di antaranya terjangkit homoseksual.
Berangkat dari fenomena ini, Dicky demikian sapaan akrabnya mencoba memasuki komunitas tersebut untuk berupaya memberikan pencerahan dengan jalan menyenangkan dengan mengajak ngopi, makan bersama, ngbrol santai, sharing tanpa bahas obrolan yang berat-berat. Pendampingan Dicky pada komunitas ini sudah 4-6 tahun.
“Prinsipnya menggunakan cara yang lebih halus dengan dakwah yang menggembirakan, dengan mengajak mereka makan dan minum kopi bersama, sharing-sharing, saling tukar cerita, akhirnya saling kenal, dan chemistry-nya timbul,” jelasnya tentang kiat mendampingi mereka.
Beberapa kawan juga sering menyelipkan ajakan kebaikan, perintah agama dan hadis pendek. Adanya dakwah dengan menggembirakan ini setidaknya bisa menyampaikan dakwah dengan komunikasi halus, tanpa menyakiti dan menggurui sehingga mereka merasa nyaman. Terbukti dengan respon positif yang mereka berikan.
Secara perlahan-lahan anak jalanan ada beberapa yang sudah ganti profesi, tidak lagi menjadi pengamen, anak punk juga tinggal sedikit di Purwosari. Sedangkan yang homo, ada yang sudah sadar dan menikah secara normal dengan lawan jenis. “Saya senang mendapat bimbingan agama tanpa ribet. Islam itu mudah dan menyenangkan,” kesan salah satu anjal yang tak mau ditulis namanya.
Beberapa kegiatan bimbingan anak jalanan yang sudah dirintis Dicky dan kawan-kawan dan sudah ada capaian, antara lain mereka berubah ke arah yang lebih baik, mau mandi, mau salat meski belum bisa penuh 5 waktu. Mereka juga mulai berganti pekerjaan yang lebih baik. Sekarang mereka juga memikirkan masa depan. Selain itu mulai ingin menikah dan menabung. “Mereka juga tidak nge-punk lagi, mulai pulang ke rumah, tidak hidup di jalanan,” urai Dicky.
Sementara beberapa capaian bimbingan yang sudah dilakukan bagi homoseksual antara lain berubah ke arah yang lebih baik. mau konsultasi ke psikiater tentang penyakit homo yang dideritanya, dan mulai menutup komunikasi dengan lingkaran homo. Mereka juga siap memikirkan masa depan, ingin hidup normal, menikah dan punya anak. “Mereka tak segan menutup aplikasi pertemanan sesama jenis setelah belajar agama dan hijrah perlahan,” jelasnya.
Kini LDK Kab. Pasuruan berjuang keras menawarkan beberapa program solutif jangka pendek dan panjang. Di antaranya memberdayakan kaum rentan sesuai dengan passion melalui usaha barbershop. “Jadi, bagi anjal atau anak punk yang minat di dunia potong rambut akan diajari dan mengelola barbershop sampai bisa,” kata Dicky.
LDK juga siap merekrut kaum rentan untuk kerja bareng melalui usaha konveksi keluarga dan bekerja sama dengan salah satu SMK untuk merekrut alumni siswa yang belum mempunyai pekerjaan. Dan ini yang penting juga : Kerja sama dan dukungan kaum rentan di bidang wirausaha. ICHA (Anggota LDK PWM Jatim)