#Artikel #Sosial

Konsepsi Masyarakat Islam dalam Pandangan Muhammadiyah

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir berkeyakinan tujuan Muhammadiyah sebenarnya adalah mewujudkan khairu ummah itu sendiri melalui kerja-kerja kolektif dan individual yang berkesinambungan. Khairu ummah atau masyarakat Islam yang sebenar-benarnya hanya bisa terwujud bila kita semua memiliki komitmen kuat dan sumber daya yang cukup dalam menghadapi kompetisi nasional dan global.

“Masa depan Indonesia tergantung umat Islam sebagai penduduk mayoritas. Sebab itu umat Islam harus maju dan siap menghadapi berbagai kompleksitas persoalan geopolitik dan perubahan sosial modern abad 21 ini,” harapnya.

Masyarakat demikian akan tampak, antara lain, dari karakter sosialnya yang berkeadaban dan menjunjung tinggi etika sosial. Dia mencermati bahwa  masyarakat demikian dalam wacana Barat disebut  the civilized society (masyarakat berkeadaban). Diceritakan saat beberapa waktu lalu berkunjung ke Inggris, saat berjalan-jalan ke Hyde Park Squire yang merupakan ikon kota London, dijumpai semacam monumen yang bertuliskan nama-nama korban bom Bali. “Ada kesan umat Islam itu menjadi simbol kekerasan dan antidemokrasi,” kesannya.

Ia menyayangkan jika kesan itu masih muncul di Barat hingga sekarang. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang sejak awal memilih jalan tengah atau moderasi tentu tidak ingin terlibat dalam aksi kekerasan dalam bentuk apa pun. Diuraikan, tujuan Muhammadiyah yang ingin mencapai Islam yang sebenar-benarnya itu memiliki beberapa karakter, seperti berakhlak mulia, berilmu, terampil, terbuka, bekerja sama, berkemajuan, berkemakmuran, dan berdaulat. “ciri-ciri itu sama dengan masyarakat yang berkeadaban dan khairu ummah tadi,” tandasnya.

Dalam kajian berbagai pemikir dan tokoh Muhammadiyah, khairu ummah itu tak lepas dari konsepsi Islam wasathiyyah. Dalam Pernyataan Muhammadiyah Jelang Satu Abad dinyatakan bahwa masyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah wujud aktualisasi ajaran Islam dalam kehidupan kolektif manusia dengan corak tengahan (Islam wasatha) baik di lingkungan sosial budaya, fisik, dan lainnya. Masyarakat demikian seimbang antara lahiriah dan batiniah, rasionalitas dan spiritualitas, aqidah dan muamalah, individual dan sosial, duniawi dan ukhrawi.

Haedar mempertanyakan apakah ciri-ciri itu ada dalam diri kader-kader Muhammadiyah dan muncul dalam kepribadian muslim di Indonesia sekarang? “Inilah tantangan kita semua dalam dakwah dan gerakan tajdid. Jangan sampai konsep yang bagus itu hanya muncul di tabligh, ceramah, dan retorika. Tetapi kita berharap semua kita tampilkan dalam dunia nyata.Kata-kata dan ceramah memang sering muncul bagaikan angin surge. Tetapi praktik keseharian sering  bagaikan jauh panggang dari api,”  Kata Haedar tanpa menjawab secara langsung pertanyaannya tadi. MTN

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *