Tanpa Embel-Embel Agama, Inilah yang Dilakukan Muhammadiyah untuk Masyarakat Lereng Gunung Bromo
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur (Jatim) Muhammad Solihin mengatakan, da’i Muhammadiyah harus mengenal terlebih dahulu kondisi dan situasi masyarakat setempat, sebelum melakukan dakwah. Jika bisa mengenal kondisi kultural masyarakat yang baik, maka dakwah akan menjadi lebih efektif.
“Misalnya, daerah itu bermasalah dengan ekonomi, ya kita melakukan dakwah dengan melakukan pemberdayaan ekonomi. Juga dengan memberikan bantuan. Misalnya ada masalah kesehatan, kita bisa melakukan kegiatan pengobatan kerja gratis sama dengan di rumah sakit. Bisa juga mengadakan khitanan massal, untuk sembako dan lainnya. Jika ada masyarakat kurang mampu yang ingin sekolah, kita cari beasiswa,” tuturnya.
“Dakwah-dakwah yang seperti itu sudah banyak dilakukan oleh para dai dan aktivis Muhammadiyah. Contohnya kawan-kawan yang dakwah di lereng Gunung Bromo. Di Lumajang itu kawan-kawan banyak cerita. Di sana, mereka melakukan pemberdayaan ekonomi melalui pelatihan usaha. Pada waktu Idul Adha, mereka bagi-bagi daging untuk seluruh warga. Bukan hanya untuk muslim saja. Begitu juga dengan bagi-bagi zakat. Tak memilih Islam atau tidak, semuanya diberi. Jadi dakwah kita kepada semua orang,” ungkapnya.
Sholihin menyampaikan, para kader Muhammadiyah tersebut tidak pernah mengajak masyarakat lereng Gunung Bromo untuk menjadi anggota Muhammadiyah. Mereka hanya berupaya memberikan manfaat bagi para warga negara. Dengan demikian, banyak yang merasa mendapat dampak positif dari kehadiran Muhammadiyah. Sehingga, mereka yang awalnya tidak tahu dan tidak simpati, lama-lama menjadi senang dengan Muhammadiyah.
“Kalau tidak seperti itu, tidak bisa masuk. Jadi harus dikemas dengan hal-hal yang membuat masyarakat nyaman. Dakwah kita menjadi solusi terhadap apa yang dibutuhkan masyarakat, bukan apa yang kita inginkan. Kalau masyarakatnya lapar ya jangan dicemari, tapi harus membawakan sembako. Jadi tidak akan dikeramatkan terus-menerus,” ujarnya.
Begitu pula saat ini ada warga yang terdampak bencana. Muhammadiyah tidak hanya berseramah memberikan motivasi agar mereka waspada. Tetapi, para kader persyarikatan turun langsung ke lapangan dengan membawa bantuan. “Seperti yang pernah kita (Majelis Tabligh) lakukan saat terjadi bencana tanah longsor di Pacitan. Kami bawa seribu paket sembako bagi warga terdampak,” katanya. Bahasa Indonesia: MTN