#Artikel 3 #Sosial

Generasi Z Cenderung Tak Beragama?

PP Muhammadiyah dalam keputusan Muktamar ke-48 di Surakarta November 2022 lalu telah mengangkat spiritualitas generasi muda sebagai salah satu dari isu strategis keumatan dan kebangsaan. “Sebab memang secara spiritualitas generasi ini memiliki karakteristik dan juga tingkat spiritualitas yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. Lebih-lebih dengan generasi baby boomer. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa generasi muda atau generasi Z ini memiliki tingkat spiritualitas yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan generasi sebelumnya,” ungkap Mu’ti.

Dalam Tanfidz Keputusan Muktamar itu disebutkan ; “Secara demografi Indonesia adalah negara muda dengan jumlah genersi milenial yang cukup besar. Generasi milenial memiliki kepribadian dan karakter yang berbeda dengan generasi sebelumnya terutama kaitannya dengan penggunaan teknologi, orientasi kehidupan, kreativitas dan pergaulan global. Generasi ini juga memiliki tingkat spiritualitas,  integritas moral, kepatuhan pada norma sosial, dan jiwa kebangsaan yang relatif rendah. Gaya hidup yang cenderung serba instan berdampak pada lemahnya ketahanan mental dan resiliensi dalam menghadapi tantangan dan menyelesaikan masalah.”

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti menjelaskan bahwa terdapat beberapa indikator untuk mengukur rendahnya spiritualitas generasi Z. Paling tidak ada 3 ukuran yang dipakai oleh banyak penelitian. Pertama, pandangan mereka tentang makna agama bagi kehidupan. Mereka menganggap bahwa agama itu bukanlah sesuatu yang begitu diperlukan dalam kehidupan. Mereka tidak terlalu perlu dengan agama, karena memang mereka tidak mengalami banyak masalah dalam kehidupannya.

Bahkan yang menarik ketika kita berbicara tentang agama kepada generasi Z, sesuai dengan karakteristik mereka yang cenderung bebas dan ingin mendapatkan sesuatu secara mudah, kelompok-kelompok ini cenderung memaknai spiritualitas lebih sebagai ketenangan batin. Namun, tidak selalu berarti harus terikat dengan agama tertentu. Dalam kajian-kajian agama, hal semacam itu sering disebut sebagai kelompok New Age yang dikenal dengan slogannya “ Percaya kepada agama, menghormati agama, tetapi tidak mau terikat kepada agama tertentu atau agnostik”.

“Generasi ini tidak merasa agama itu perlu, agama itu penting. Bahkan yang menarik ketika kita berbicara tentang agama pada generasi milenial ini, sesuai dengan karakteristik mereka yang easy going yang cenderung bebas, dan mendapatkan sesuatu secara mudah, kelompok ini cenderung memaknai spiritualitas sebagai ketenangan batin. Namun tidak berarti dia harus terikat dengan agama-agama tertentu.” ungkapnya. RED

 

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *