Peranan Strategis Keluarga dalam Pembangunan Umat
Oleh: Afifun Nidlom, S.Ag., M.Pd., M.H.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَنْعَمَ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ اْلإِسْلاَمِ وَالتَّقْوَى. أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ يُحْسِنُ لِلْمُتَّقِيْنَ الْعُقْبَى. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللَّهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى أَيْضًا، يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Berdasarkan laporan Statistik Indonesia 2023, kasus perceraian di Indonesia mencapai 516.334 kasus pada tahun 2022. Jelas angka ini meningkat 15% dibandingkan 2021 yang mencapai 447.743 kasus. Banyaknya kasus perceraian yang terjadi ini menjadi angka perceraian tertinggi yang terjadi dalam enam tahun terakhir. Faktor penyebab utama perceraian yang terjadi ialah perselisihan dan pertengkaran, jumlahnya sebanyak 284.169 kasus atau setara dengan 63,41% dari total faktor penyebab kasus perceraian yang semakin tinggi di Indonesia.
Maka dapat dipastikan jalinan silaturrahim keluarga muslim yang terdampak dari perceraian terganggu harmoninya. Fenomena ini harus menjadi perhatian masyarakat muslim. Karena sebab rahmat Allah SWT tidak turun atas suatu masyarakat salah satunya disebabkan ada pemutus silaturrahim di tengah-tengah kaum itu. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW,
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: لَا تَنْزِلُ الرَّحْمَةُ عَلَى قَوْمٍ فِيهِمْ قَاطِعُ رَحِمٍ
“Dari Abdullah bin Auf, katanya: saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Rahmat itu tidak akan turun atas suatu kaum yang padanya ada pemutus kekerabatan.” (HR. al-Bayhaqy bab Syu’ab al-Iman. Imam Ibnu Hajar al-Asqalany menshahihkannya).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Keluarga merupakan tiang utama kehidupan umat dan bangsa sebagai tempat sosialisasi nilai-nilai yang paling intensif dan menentukan. Karenanya menjadi kewajiban setiap muslim untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah yang dikenal dengan Keluarga Sakinah.
Keluarga-keluarga muslim dituntut untuk benar-benar dapat mewujudkan Keluarga Sakinah yang terkait dengan pembentukan gerakan jama’ah dan da’wah jama’ah menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Keluarga Sakinah idaman setiap muslim. Oleh sebab itu, setiap kali kita menyaksikan atau menghadiri upacara pernikahan, ketika akad atau ketika resepsi, baik oleh protokol maupun oleh pengkhutbah dan penceramah, selalu membicarakan keluarga sakinah. Gambaran idealis Keluarga Sakinah digambarkan oleh al-Qur’an;
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱتَّبَعَتۡهُمۡ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلۡحَقۡنَا بِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ وَمَآ أَلَتۡنَٰهُم مِّنۡ عَمَلِهِم مِّن شَيۡءٖۚ كُلُّ ٱمۡرِيِٕۢ بِمَا كَسَبَ رَهِينٞ٢١ وَأَمۡدَدۡنَٰهُم بِفَٰكِهَةٖ وَلَحۡمٖ مِّمَّا يَشۡتَهُونَ٢٢ يَتَنَٰزَعُونَ فِيهَا كَأۡسٗا لَّا لَغۡوٞ فِيهَا وَلَا تَأۡثِيمٞ٢٣ ۞وَيَطُوفُ عَلَيۡهِمۡ غِلۡمَانٞ لَّهُمۡ كَأَنَّهُمۡ لُؤۡلُؤٞ مَّكۡنُونٞ٢٤ وَأَقۡبَلَ بَعۡضُهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖ يَتَسَآءَلُونَ٢٥ قَالُوٓاْ إِنَّا كُنَّا قَبۡلُ فِيٓ أَهۡلِنَا مُشۡفِقِينَ٢٦ فَمَنَّ ٱللَّهُ عَلَيۡنَا وَوَقَىٰنَا عَذَابَ ٱلسَّمُومِ٢٧
Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini. Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula perbuatan dosa. Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan. Dan sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain saling tanya-menanya. Mereka berkata: “Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab)”. Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka. (QS. At-Thur/52: 21-27).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Dari ayat-ayat di atas, dapat diambil simpulan profil Keluarga Sakinah, yaitu:
- Suami istri selalu dalam kesibukan mengurusi rumah tangganya.
- Suami-istri selalu berdampingan dengan kemesraan, misalnya duduk-duduk bersama dalam sebuah kebun. Suami-istri saling perhatian yang mendalam.
- Ekonominya baik, sehingga makanannya untuk kehidupan sehari-hari cukup. Berarti harus terencana.
- Anak-anak patuh dan hormat kepada orang tua, bersedia melayani dengan penuh ketulusan.
- Menghindari segala macam makanan dan minuman yang dapat merusak kesehatan fisik atapun mental.
- Komunikasi mereka intensif, saling bertanya kabar, dan membicarakan masalah-masalah untuk eksistensi keluarga, dari hal-hal yang dapat merusak.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Untuk menggapai Keluarga Sakinah yang ideal, maka keluarga-keluarga di lingkungan muslim harus difungsikan sebagai:
- Tempat mensosialisasikan nilai-nilai ajaran Islam
Nabi SAW bersabda;
لَيْسَ اْلإِيْمَانُ بِالتَّمَنِّى وَلاَ بِالتَّحَلِّى وَلَكِنْ هُوَ مَاوَقَرَ فِى الْقَلْبِ وَصَدَّقَهُ الْعَمَلُ
“Bukanlah iman itu cukup dengan angan-angan dan hiasan belaka tapi Iman itu adalah suatu keyakinan yang menghunjam dalam hati dan dibuktikan dengan amal perbuatan.” (HR. Dailami dan Ibnu Najjar). - Tempat kaderisasi menjadi pelangsung dan penyempurna gerakan dakwah.
- Tempat menempa keteladanan
- Tempat mewujudkan harmoni dalam perbedaan satu dengan yang lainnya
- Tempat menciptakan kepedulian satu dengan lainnya
- Tempat membangun harapan dan impian. Setiap Anggota keluarga membiasakan membangun harapan dan impian dengan berdoa kepada Allah yang Maha Pengasih;
رَبَّنَا هَبۡ لَنَا مِنۡ أَزۡوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعۡيُنٖ وَٱجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِينَ إِمَامًا
Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Furqan/25: 74).
رَبِّ اغْفِرْلِى وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيْرًا
“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, serta berilah mereka berdua rahmah kasih-Mu sebagaimana mereka telah mengasuhku (dengan penuh kasih sayang) ketika aku masih kecil”.
Semoga khutbah yang singkat ini berguna dan bermanfaat untuk kehidupan kita bersama. Amiin.
باَرَكَ اللَّهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالْآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَانَجَاةَ التَّائِبِيْنَ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا مُبَارَكًا طَيِّبًا فِيْهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللَّهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى أَيْضًا، إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.