#Khutbah Jum'at

Lima Perilaku Hidup Bermasyarakat

Oleh: Afifun Nidlom, S.Ag., M.Pd., M.H (Ketua Korps Muballigh Muhammadiyah MT-PWM Jawa Timur)

اَلْحَمْدُ ِلِلَّهِ الْمَحْمُوْدِ بِنِعْمَتِهِ، اَلْمَعْبُوْدِ بِرَحْمَتِهِ، اَلْمُطَاعِ بِسُلْطَا نِهِ، اَلْمَرْهُوْبِ مِنْ عَذَابِهِ وَسَطْوَتِهِ، اَلنَّافِذِ أَمْرِهِ فِيْ سَمَائِهِ وَأَرْضِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللَّهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Islam mengajarkan agar setiap muslim menjalin persaudaraan dan kebaikan dengan sesama. Seperti dengan tetangga maupun anggota masyarakat lainnya. Masing-masing dengan memelihara hak dan kehormatan baik dengan sesama muslim maupun dengan nonmuslim. Dalam hubungan ketetanggaan, bahkan Islam memberikan perhatian sampai ke area 40 rumah, yang dikategorikan sebagai tetangga yang harus dipelihara hak-haknya.

Dikisahkan dalam riwayat shahih Muslim,

عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: حُوسِبَ رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَلَمْ يُوجَدْ لَهُ مِنْ الْخَيْرِ شَيْءٌ إِلَّا أَنَّهُ كَانَ يُخَالِطُ النَّاسَ وَكَانَ مُوسِرًا فَكَانَ يَأْمُرُ غِلْمَانَهُ أَنْ يَتَجَاوَزُوا عَنْ الْمُعْسِرِ. قَالَ: قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: نَحْنُ أَحَقُّ بِذَلِكَ مِنْهُ تَجَاوَزُوا عَنْهُ

Dari Abu Mas’ud dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dahulu ada seseorang sebelum kalian dihisab, ternyata tidak didapati padanya kebaikan sedikitpun, kecuali keadaan dia bersosialisasi dengan manusia, ia suka memudahkan setiap urusan, ia menyuruh pelayannya untuk menangguhkan bagi orang yang kesusahan.” Beliau melanjutkan: “Lalu Allah Azza Wa Jalla berfirman: ‘Kami lebih berhak atas hal itu daripada dia, oleh karena itu berilah kemudahan kepadanya’.” (HR. Muslim no. 2921, Tirmidzi no. 1228, Ahmad no. 16464).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Dari hadis di atas, kita dapat mengambil pelajaran, bahwa berinteraksi secara sosial dalam hidup bermasyarakat itu amal kebajikan. Bila melakukannya semata-mata didasari kebaikan. Karena hidup bermasyarakat itu tidak mudah, harus memiliki kesabaran dan etika yang harus ditegakkan.

Nabi SAW bersabda,

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اَلْمُسْلِمُ إِذَا كَانَ مُخَالِطًا النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ خَيْرٌ مِنْ الْمُسْلِمِ الَّذِي لَا يُخَالِطُ النَّاسَ وَلَا يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ.

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Jika seorang muslim bergaul (berinteraksi sosial) dengan orang lain dan bersabar atas gangguan mereka, adalah lebih baik daripada seorang muslim yang tidak bergaul (tidak berinteraksi sosial) dengan orang lain dan tidak bersabar atas gangguan mereka.” (HR. at-Tirmidzi no. 2431).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Setidaknya ada 5 perilaku yang dapat menjadikan hidup bermasyarakat itu harmonis. Bagi seorang muslim, Nabi SAW sangat menganjurkan untuk dilakukan:

Pertama, at-Takarrum (memuliakan)

Sikap menjadikan seseorang yang diajak interaksi menjadi mulia. Saat berbincang-bincang tidak menyakiti dengan ucapan. Ketika berkunjung ke rumah saudaranya menjaga aibnya. Sikap menjadikan teman interaksi sebagai orang mulia, dijanjikan oleh Rasulullah SAW balasan yang indah di hari kiamat. Sebagaimana dalam riwayat,

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzhaliminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari qiyamat. Dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya pada hari qiyamat.” (HR. al-Bukhari no. 2262. Riwayat dari Abdullah bin Umar).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Kedua, at-Ta’āwun (saling tolong-menolong)

            Kehidupan di dunia ini banyak hajat-kebutuhan. Allah menjadikan setiap manusia di dunia ini dengan rejeki dan kedudukan yang berbeda-beda. Karena dengan perbedaan itu manusia menjadi saling memerlukan satu dengan lainnya (QS. Az-Zukhruf: 32). Agar kehidupan bermasyarakat harmonis maka antar anggota masyarakat harus saling tolong menolong. Ta’awun tidak hanya dalam hal materi, tapi juga dalam hal non materi, seperti support, nasehat dan apresiasi. Ta’awun dalam segala hal yang baik, bukan dalam hal yang dosa dan menimbulkan permusuhan, sebagaimana firman Allah SWT,

وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ  ٢

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah/5: 2)

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Ketiga, at-Tahābbu (saling mencintai).

            Pilar penopang yang paling kokoh untuk mewujudkan persaudaraan adalah saling mencintai. Bahkan menjadi parameter seseorang dalam hal keimanannya kepada Allah SWT. Bagaimana cara mencintai saudaranya, Rasulullah memberikan petunjuk yang mudah dipahami, yaitu hadirkan rasa. Bahwa setiap kita memiliki kesenangan terhadap sesuatu yang baik. Misalnya, saat kita akan memberikan sesuatu, timbanglah pemberian itu andaikan kita yang diberi, apakah dalam kepantasan dan kepatutan. Jangan memberikan sesuatu yang kita pun sebenarnya merasa tidak pantas. Rasulullah SAW bersabda,

عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Dari Anas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidaklah beriman seseorang dari kalian sehingga dia mencintai untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri.” (HR. al-Bukhari no. 12).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Keempat, at-Ta’āffu (saling memaafkan)

            Dalam berinteraksi sosial, tidak ada manusia yang sempurna tanpa cacat. Oleh sebab itu, sering terjadi hal yang tidak mengenakkan dalam hidup bermasyarakat. Apalagi dalam berkeluarga. Maka setiap pribadi harus mudah memaafkan. Meningkatnya jumlah perceraian dalam rumah tangga muslim boleh jadi karena sikap yang tidak saling memaafkan. Rasulullah SAW mewanti-wanti dalam kasus hukuman saja seyogyanya saling memaafkan. Sebagaimana dalam Riwayat,

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَعَافُّوا الْحُدُودَ فِيمَا بَيْنَكُمْ فَمَا بَلَغَنِي مِنْ حَدٍّ فَقَدْ وَجَبَ

“Dari Abdullah bin Amru bin Al Ash bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hendaklah kalian saling memaafkan dalam masalah hukuman had yang terjadi di antara kalian, sebab jika had telah sampai kepadaku maka wajib untuk dilaksanakan.” (HR. Abu Dawud no. 3804).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Kelima, at-Tahādiyu (saling memberi hadiah).

            Kehebatan pengaruh hadiah terhadap jalinan silaturrahim tidak ada seorang pun yang meragukan. Oleh karena itu, Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk melakukan saling memberi hadiah satu dengan lainnya. Sebagaimana Riwayat berikut,

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَصَافَحُوا يَذْهَبِ الْغِلُّ وَتَهَادَوْا تَحَابُّوا وَتَذْهَبِ الشَّحْنَاءُ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hendaklah kalian saling berjabat tangan, niscaya akan hilanglah kedengkian. Hendaklah kalian saling memberi hadiah, niscaya akan saling mencintai dan menghilanglah permusuhan.” (HR. Malik no. 1413, Riwayat dari Atho’ bin Abi Muslim).

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Semoga Allah memberikan pertolongan kepada kita untuk mewujudkan lima perilaku di atas agar kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat kita harmonis selalu. Amiin.

أَقُولُ قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُاللَّهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ فَيَافَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَانَجَاةَ التَّائِبِيْنَ.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا مُبَارَكًا طَيِّبًا فِيْهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللَّهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى أَيْضًا: إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *