Ragam Makna Isra’ Mi’raj
Assoc.Prof. Dr Mohammad Ghozali, MA, Anggota Corps Mubaligh Muhammadiyah (CMM) Malang Raya dan Dosen Universitas Darussalam Gontor, Ponorogo
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا
” Maha suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya dari Majidil Haram ke MasjidilAqsha” (QS.Isra:1)
Peristiwa Isra’ Mi’raj yang terjadi pada 27 Rajab tahun kesebelas kenabian (622 M) dalam sejarah perjalanan kehidupan Rasulullah merupakan peristiwa yang penuh arti dan syarat dengan makna dan pelajaran untuk kehidupan seorang muslim dalam menjalankan kehidupan. Itulah sebabnya peristiwa tersebut selalu diperingati dan diingat sehingga dengan memperingati, mengingat peristiwa mukjizat kepada Rasulullah dapat menjadi panduan bagi kehidupan, sebab di balik peristiwa tersebut banyak pengajaran dan hikmah serta contoh kehidupan yang dapat menjadi panduan muslim untuk mencapai kehidupan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Di antara makna kehidupan dan pengajaran serta panduan hidup yang dapat kita petik dari peristiwa tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bukti Kebenaran Ajaran Islam.
Isra’ dan Mi’raj merupakan mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Rasulullah SAW, untuk membuktikan bahwa semua yang disampaikan oleh RasulNya adalah suatu yang benar. Muhammad SAW mengajarkan bahwa Tuhan itu Allah, dan keyakinan itu terbukti dengan perjumpaan beliau dengan Allah di malam yang mulia tersebut.. Islam mengajarkan bahwa setiap muslim harus meyakini adanya malaikat, dan ini terbukti dimana Nabi Muhammad telah melihat, berjumpa dan berkomunikasi dengan para malaikat. Islam mengajarkan adanya balasan surga bagi kebaikan, dan balasan neraka bagi perbuatan buruk. Dengan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW telah berkunjung ke tempat tersebut. Islam mengajarkan adanya tujuh langit, Sidratul Muntaha, lauh al mahfudz, Arsy, tanda-tanda kekuasaan Allah. Itu semuanya telah dilihat oleh Nabi Muhammad SAW pada malam Isra’ dan Mi’raj. Berarti perjalanan Isra’ Mi’raj adalah membuktikan kebenaran ajaran Islam terutama yang berkaitan dengan alam ghaib.
2. Pengakuan Kebesaran Tuhan
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj membuktikan bahwa manusia dengan kekuasaan Alah dan kebesaran dan pertolonganNya dapat melakukan sesuatu yang tidak mungkin, sebab Allah Maha Kuasa, sebagaimana perjalanan nabi Muhammad SAW dari Makkah ke bumi palestina, dan naik ke langit ke tujuh dan kembali lagi hanya dilakukan dalam masa yang sangat singkat. Ini membuktikan kekuasaan dan kebesaran Allah yang dapat diberikan kepada manusia yang beriman kepadaNya. Tidak ada sesuatu yang mustahil bagi Allah Taala, sebab Dia yang memiliki segala kekuasaan dan alam semesta.
3. Penguasaan Sumber Daya Alam
Masjid al Aqsha adalah tempat bumi nabi-nabi di antaranya adalah Nabi Daud dan Nabi Sulaiman. Nabi Daud mempunyai kepandaian dalam industri besi, dan menjadi raja di muka bumi, dan Nabi Sulaiman, mempunyai kekayaan dan mempunyai kepandaian dalam komunikasi (bahasa ). Baitul Maqdis adalah lambang kekuasaan dan kekayaan, sedangkan Masjidil Haram adalah lambing kesucian. Dengan isra mikraj berarti seorang muslim harus dapat menguasai dunia dan seluruh permukaan bumi sehingga mempunyai kekuasaan dan kekayaan sebagaimana Nabi Daud dan Nabi Sulaiman, tetapi semuanya itu dilakukan dengan penuh kesucian dan untuk menghambakan diri kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
4. Tugas Manusia Sebagai Khalifah Allah.
Isra’ Mi’raj adalah perjalanan di bumi dari masjidil haram ke Masjid al Aqsha, ini menggambarkan bahwa tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi. Nabi Muhammad SAW berangkat dengan bouraq dari Masjid Haram (makna haram : suci) menuju Masjid al Aqsha (makna al aqsha: paling jauh) . Dengan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjdil Aqsha di malam Isra’ Mi’raj merupakan simbol agar manusia khususnya umat Muhammad harus dapat bertugas sebagai khalifah di muka bumi dengan cara harus seorang muslim harus dapat menguasai dan mengatur dunia dari tempat dimana dia berpijak sampai tempat yang paling jauh di muka bumi.
5. Kesucian Diri dan Kekuatan Iman
Sebelum Nabi Muhammad SAW menaiki Bouraq, maka hati beliau dibasuh dan diisi dengan iman,ilmu dan hikmah. Peristiwa ini memberikan pelajaran kepada umat Muhammad harus mengisi dirinya dengan iman, ilmu dan hikmah sebelum melakukan ikhtiar untuk menguasai dunia, sebab penyucian hati yang diisi dengan iman, ilmu dan hikmah inilah manusia dapat membawa dunia ini untuk berjalan menuju Tuhan, inilah keberhasilan manusia muslim dalam melaksanakan tugas sebagai khalifah. Manusia yang menguasai teknologi, tetapi tanpa iman, ilmu dan hikmah, maka manusia akan dikuasai oleh hawa nafsu dan lain sebagainya.
6. Penguasaan Teknologi
Setelah Nabi pandai memilih, dan bersih hatinya, maka Nabi naik transportasi bouraq menuju ke Baitul Maqdis. Bouraq adalah transportasi untuk sebuah perjalanan, berarti bouraq adalah lambang teknologi, alat untuk mengapai dan menguasai dunia, media khalifah Allah. Untuk berjalan yang jauh diperlukan transportasi yang cepat seperti kilat ( makna bouraq adalah kilat) dan untuk naik ke langit diperlukan tangga, maka Nabi naik dengan Mi’raj (secara bahasa Mi’raj berarti tangga ). Penguasaan alam, penjelajahan bumi tidak mungkin tercapai tanpa dengan memakai alat sebab itu merupakan sunnatullah. Oleh sebab itu masyarakat muslim wajib menguasai sains dan teknologi untuk membiktikan diri sebagai khalifah Allah.
7. Memilih yang Terbaik
Setelah disisi dengan iman, Nabi diberi sebuah pilihan dimana disodorkan antara 2 pilihan, apakah minum arak atau susu, dan pilihan yang di ambil oleh Nabi adalah memilih susu. Ini menggambarkan jika manusia telah diberi iman, dibersihkan hatinya, maka dia akan memilih sesuatu yang baik untuk keperluan hidupnya, baik makanan, minuman, pakaian, dan lain sebaginya. Tetapi jika tidak ada ilmu, dan tiada iman maka manusia akan memilih yang enak bukan yang fithrah (suci ), sebab dia akan memilih karena hawa nafsu, karena kesenangan bukan karena iman.
8. Memimpin Dalam Segala Bidang.
Dalam Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad diangkat sebagai imam shalat dengan seluruh Nabi yang lain menjadi makmum, sebab Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin semua Rasul (Sayyidul Mursalin). Peristiwa ini menggambarkan bahwa seorang muslim sepatutnya dengan Isra’ Mi’raj dapat menjadi pemimpin dalam segala bidang profesi, pemimpin segala zaman, dan pemimpin dunia akhirat. Seorang muslim harus dapat membuktikan dirinya lebih baik dan lebih cemerlang dari yang lain, baik dalam bidang spiritual, pemimpin dalam ekonomi, pemimpin dalam ilmu pengetahuan, pemimpin dalam teknologi, pemimpin dalam seluruh bidang kehidupan, sebab seorang muslim adalah imam (pemimpin ) bagi masyarakat dunia.
9. Kebahagian Bagi yang Berbuat Baik
Dalam perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW diperlihatkan ganjaran orang yang berbuat baik seperti pahala bagi orang yang jihad di jalan Allah yang digambarkan bahwa orang yang berbuat baik akan mendapat balasan yang berlipat ganda yang digambarkan dengan mendapat hasil tanaman berulang kali. Gambaran ini memberikan keyakinan bahwa orang yang berbuat baik di dunia pasti akan mendapatkan balasan pahala dan kebahagian berlipat ganda di akhirat.
10. Kesengsaraan Bagi yang Berbuat Keji.
Dalam Isra’ Mi’raj juga digambarkan bahwa setiap orang yang melakukan kesalahan akan mendapatkan siksaan atas perbuatan yang dilakukannya, baik perbuatan yang berkaitan dengan ritual ibadah, seperti meninggalkan shalat, tidak berzakat, berzina, maupun dalam kejahatan dalam bidang sosial, seperti memfitnah, mencaci, menghina, sombong dan lain sebagainya. Siksaan itu bukan khayalan tetapi suatu kepastian sebab semuanya telah disaksikan oleh Rasulullah dalam Isra’ Mi’raj yang dilakukannya.
11. Tidak Terpengaruh Dengan Godaan.
Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj juga dapat diambil pelajaran bahwa orang yang berjaya di dunia dan di akhirat adalah mereka yang dapat mudah terpengaruh dengan segala bentuk godaan keimanan dan godaan nafsu keduniaan, sebagaimana digambarkan bagaimana Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan Isra’ dan Mi’raj, beliau tidak terpengaruh oleh panggilan dan seruan baik dari sebelah kiri dan sebelah kanan, dan juga dari panggilan perempuan yang cantik di depannya, tetapi Nabi terus berjalan menuju tujuan yaitu Masjid al Aqsha. Jibril berkata bahwa pangilan kanan dan kiri itulah panggilan dari Nasrani dan Yahudi, dan panggilan perempuan itu merupakan godaan dunia..
12. Menjadikan Salat Sebagai Inti Kehidupan.
Dalam Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW diwajibkan shalat dalam sehari semalam, sehingga segala kesibukan dunia, harus dapat ditujukan hanya untuk ibadah kepada Allah, sebab itu shalat diwajibkan dari pagi sampai malam dalam waktu yang berlainan, sehingga setiap saat manusia harus tetap berhubungan, berkonsultasi, meminta perlindungan, petunjuk kepada Allah. Kesibukan kerja, kehidupan dunia, tidak boleh melupakan kewajiban kepada Allah, dan seluruh kekuasaan, kekayaan, harus dapat dapat menjadui ibadah kepada Allah, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Daud, walaupun dia menguasai dunia dengan teknologi besi, tetapi beliau meninggal dalam keadaan sujud kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Nabi Sulaiman walaupun diberi kekuasaan dan kekayaan yang melimpah, makhluk pun tunduk kepada Nabi Sulaiman, akan tetapi dalam kehidupannya selalu mengajak kepada ketauhidan pada yang menciptakan semua makhluk, yaitu Allah Swt. Semoga kita dapat mengaplikasikan pengajaran dari Isra’ Mi’raj ini dalam kehidupan sehari-hari, dimasa-masa mendatang. Fa’tabiru ya ulil albab.