Zayed Award
Oleh: Syafiq A Mughni (Guru Besar UIN Sunan Ampel; Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah)
Muhammadiyah mendapatkan penghargaan ZAHF (Zayed Award for Human Fraternity). Penghargaan itu diserahkan dalam sebuah upacara di Founders’ Memorial, Abu Dhabi, pada 5 Februari 2024. Upaca yang dilaksanakan di taman yang indah dan mengesankan itu dihadiri oleh sekitar 300 orang pemuka yang hadir dari berbagai negara.
Lima tahun yang lalu, 4 Februari 2019, ada peristiwa penting di Abu Dhabi. Peristiwa itu adalah penandatangan sebuah dokumen berjudul “Human Fraternity” oleh dua tokoh dunia, yakni Syaikh al-Azhar Ahmad al-Tayyeb dan Paus Fransiskus. Syaikh al-Azhar adalah pemimpin spiritual yang berpengaruh besar bagi umat Islam.
Universitas Al-Azhar merupakan lembaga pendidikan tinggi yang telah berdiri lebih dari seribu tahun yang lalu dan memiliki jutaan alumni yang tersebar di seluruh dunia. Di Mesir sendiri al-Azhar menjadi lembaga yang sangat kuat karena memiliki kekayaan wakaf yang luar biasa. Sedangkan, Paus adalah pemimpin puncak agama Katolik dan sekaligus Kepala Negara Vatikan. Umat Katolik diperkirakan berjumlah 1,2 milyar.
Dokumen “Human Fraternity” mendapatkan sambutan hangat dari dunia internasional. Ia lahir karena terdapat ancaman kemanusiaan. Krisis kemanusiaan terjadi akibat konflik dan perang yang tidak pernah mereda. Krisis juga diakibatkan oleh ekstremisme kekerasan, kerusakan lingkungan, pemanasan global, dan keserakahan. Karena itulah umat manusia perlu bersatu padu menghadapi tantangan itu, dan jalan yang harus dilalui adalah membangun persaudaraan antarmanusia untuk membangun kehidupan yang damai dan berkeadilan.
Zayed Award dilembagakan sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat gerakan “Human Fraternity.” Nama itu diambil dari Zayed bin Sulthan al-Nahyan, pendiri dan kekuatan utama yang mempersatukan tujuh negara kecil bertetangga di Teluk Arab yang kemudian menjadi Uni Emirat Arab. Ia adalah penguasa Abu Dhabi selama 30 tahun, dan menjadi kepala negara pertama Uni Emirat Arab pada 1971 sampai wafatnya pada 2004.
Zayed Award adalah Lembaga penghargaan yang sekalipun relatif baru tapi bergengsi. Kebesarannya didukung oleh tokoh-tokoh besar dunia dan Pemerintah Uni Emirat Arab sebagai negara kaya dengan kota-kotanya yang indah dan bersih.
Dalam pandangan saya kecantikan Abu Dhabi sejajar dengan, atau bahkan lebih dari, kota-kota terkenal di Eropa, seperti Paris dan London. Abu Dhabi adalah kota kosmopolitan dengan heterogenitas penduduknya yang sebagian besar adalah pekerja migran, dan menjadi pusat lembaga-lembaga internasional.
Salah satu di antaranya adalah Majelis Hukama (Council of Elders) di bawah kepemimpinan Syaikh al-Azhar yang bermarkas di kota itu. Lembaga ini memiliki cabang di berbagai negara dan menjadi lembaga pendukung utama dari Zayed Award. Pengurus Majelis Hukama berasal dari berbagai negara dan mereka didatangkan ke Abu Dhabi untuk menetap dan menjalankan roda organisasi itu.
Pada pertengahan Januari 2024 datanglah DR Judge Abdes Salam, Sekjen Majelis Hukama dan sekaligus juri dari Zayed Award ke Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dia menyampaikan kabar bahwa Dewan Juri telah memilih Muhammadiyah sebagai pemenang dari award itu.
Ketika kami hendak menjelaskan tentang apa itu Muhammadiyah, dia malah mengatakan sudah tahu. “Saya sudah mempelajari Muhammadiyah dengan detail,” katanya. Pendek kata, dia menyatakan mengagumi Muhammadiyah karena antara lain jasanya dalam menbangun persaudaraan antarmanusia.
Penghargaan terhadap Muhammadiyah itu tentu saja membuat penasaran di benak media internasional. Saya telah diwancarai oleh lebih dari sepuluh wartawan, termasuk televisi, dalam rentang waktu seminggu selama di Abu Dhabi. Mereka menanyakan banyak hal tentang Muhammadiyah dan mengapa terpilih sebagai penerima Zayed Award. Tentu saja saya sampaikan apa yang telah dilakukan oleh Muhammadiyah dalam area persaudaraan kemanusiaan.
Saya cerita tentang penanggulangan bencana di dalam dan luar negeri, panti asuhan yatim dan panti lanjut usia, komunitas difabel, gerakan kesejahteraan sosial, dan tidak ketinggalan pendidikan. Para awak media itu sangat terkesima ketika mendengar bahwa Muhammadiyah memiliki lebih dari 28 ribu lembaga pendidikan pra-sekolah, dasar dan menengah, 171 pendidikan tinggi, sekian ratus lembaga kesehatan, dan lain-lain. Saya juga menyampaikan usaha Muhammadiyah dalam membangun dunia yang damai dan berkeadilan baik di tingkat nasional maupun internasional.
Penghargaan ini patut menjadi pendorong kita semua untuk bekerja lebih baik dalam membesarkan dan memajukan Muhammadiyah. Zayed Award ini tidak bersifat eksklusif Islam, tetapi tentu bekerja atas dasar keyakinan bahwa kerjasama dalam kebajikan untuk kepentingan seluruh umat manusia tanpa sekat adalah bagian dari ajaran Islam.