#Artikel 3 #Pendidikan

Dakwah Kultural Paling Efektif Adalah Melalui Pendidikan

Menurut mahasiswa Program Doktor Ekonomi Universitas Pancasila ini, dakwah kultural paling efektif adalah melalui lembaga pendidikan, baik informal (keluarga), formal (sekolah) maupun non formal (lingkungan). Sebab pendidikan tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahun sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebaikan; ajaran agama, ideologi negara serta melakukan kebiasaan-kebiasaan positif sesuai dengan yang diajarkan dan dicontohkan oleh para pendidik. Karena itu, sinergi seluruh stake holder menjadi penting dan strategis untuk dilakukan. Itulah sebabnya ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan adalah perintah untuk membaca (iqra) sehingga masyarakat menjadi cerdas.

“Inilah yang antara lain menginspirasi para pendiri bangsa ketika merumuskan tujuan Indonesia merdeka sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka, kualitas dan kuantitas lembaga pendidikan Muhammadiyah harus terus dilakukan sebagai ikhtiar untuk mencerdaskah bangsa. Sebab musuh terbesar bangsa Indonesia setelah merdeka sekarang ini bukanlah karena perbedaan suku, agama, ras dan golongan tetapi adalah kemiskinan dan kebodohan. Pendidikan merupakan salah satu senjata yang ampuh untuk melawan kemiskinan dan kobodohan tersebut.  Ini tentu berbeda dengan musuh pada zaman pra kemerdekaan, yakni para penjajah,” tuturnya.  

Di era digital ini, Muhammadiyah dituntut untuk mengembangkan dakwah amar ma’ruf nahi munkar melalui pendekatan digital. Misalnya, mengadakan pengajian online. Berzakat, infak, sedekah dan wakaf tidak harus secara tunai tapi juga non tunai dengan menggunakan jasa perbankan dan aplikasi pembayaran digital seperti yang dilakukan oleh Lazismu. Cara ini akan memudahkan dalam penghimpunan ziswaf serta memberikan layanan kepada donaturnya.

“Pesan Rasulullah SAW sangat jelas: khotibunnasi ‘ala qodri `uqulihim‘; khotibunnas ‘ala lughotihim. Karena itu metode dakwah harus menggunakan media dan bahasa yang  sesuai dengan kemampuan akal obyek dakwahnya,” ujarnya.

Dunia digital adalah dunia tanpa batas. Semuanya menjadi serba transparan. Karena itu warga Muhammadiyah harus bijak dalam menyikapinya. Tidak cukup hanya dengan keimanan yang kokoh, ilmu yang mendalam tetapi juga mengamalkan dengan akhlak yang mulia. Dalam dunia digital, Muhammadiyah telah merumuskan akhlakul medsosiyah. Rumusan ini tidak hanya perlu difahami tetapi juga diamalkan oleh warga, kader dan pimpinan Muhammadiyah di semua tingkatan sebagai bentuk dakwah kultural di dunia digital.

“Sehingga akan melahirkan keadaban digital yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama, ideologi Muhammadiyah dan ideologi Pancasila. Jika hal itu dilakukan, saya yakin dan percaya Muhammadiyah akan tetap eksis berada di jalan dakwah yang benar di bumi NKRI yang berbhineka tunggal ika,” pungkasnya. ILMI 

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *