Guru Besar UNAIR Ungkap Penyebab Ketimpangan Ekonomi di Indonesia
Pakar Sosiologi Ekonomi Professor Bagong Suyanto mengatakan, ketimpangan ekonomi yang melebar diakibatkan oleh bangsa Indonesia yang tidak siap dalam merespon perubahan. Maka dari itu, negara perlu melakukan langkah-langkah strategis untuk membangun pondasi bangsa yang selalu siap menyongsong setiap perkembangan zaman.
“Karena pondasi kita itu tidak dipersiapkan untuk supaya orang bisa secara proporsional merespon tawaran-tawaran perubahan. Pondasinya harus disiapkan. Dan itu adalah tugas negara. Misalnya, era digital. Masih terjadi kesenjangan digital. Jadi itu juga perlu disiapkan. Tidak sekadar meminta pelaku UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) terlibat digitalisasi. Bukan sesederhana itu. Tapi pondasinya harus disiapkan,” ujar dia.
Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) ini berpendapat, Organisasi masyarakat (Ormas) termasuk Muhammadiyah, perlu terlibat dalam menyiapkan pondasi tersebut. Hal itu bisa dilakukan dengan cara melakukan pemberdayaan pada rakyat kecil.
“Kalau ormas mestinya harus terlibat dalam menyiapkan pondasi itu. Jangan hanya berorientasi mewakili masyarakat yang tidak mampu untuk protes pada negara, tapi lalu mengabaikan proses pemberdayaan ke bawah. Jadi kalau ormas-ormas itu sebaiknya banyak terlibat dalam proses-proses pemberdayaan masyarakat di level bawah,” usulnya.
Menurut dia, makna dari keadilan itu bukan berarti semua sama rata. Tapi pembagiannya harus merefleksikan kontribusi masing-masing pihak. Sesuai dengan jerih payahnya. Misalnya, keadilan dalam penentuan harga pasar. Masih banyak ketidakadilan terkait penentuan harga pasar terhadap rakyat kecil dan pemilik modal.
“Jadi misalnya, antara tengkulak dengan nelayan. Apakah dalam penentuan harga ikan itu sudah mencerminkan proporsi pembagian keuntungan yang adil antara nelayan yang mencari ikan dengan para tengkulak. Kenyataannya, proporsi pembagian itu sampai sekarang belum terlaksana dengan baik,” kritiknya. ILMI